SEMILIR ANGIN RINDU
Oleh Syahrul Ramadhan
Kulihat Kamis pagi tanpa mentari, redup dan muram seperti mimpi yang enggan terjaga.
Langit bergelayut mendung, tapi tak satu pun tetes hujan jatuh ke bumi.
Jam dinding di kamar berdetak pelan, memanggil siang yang tiba tanpa jejak fajar.
Waktu berlalu tanpa cahaya, seakan enggan menyinari rindu yang terpendam.
Kubuka jendela, membiarkan angin menyelinap di sela tirai,
Mengusap pipiku dengan dingin yang membawaku ke bayang senyummu.
Ah, senyum itu... bak sinar senja yang jatuh di permukaan danau,
Lembut, hangat, namun meninggalkan riak yang tak kunjung reda.
Oh, Juwitaku!
Baru kemarin lebah menari riang di atas kelopak bunga,
Tapi kini ia melayang-layang gelisah, mencari wangi yang telah menjelma mimpi.
Seperti aku, merindukanmu dalam diam, di bawah langit yang tak bernyanyi.
Tangerang, 30 Januari 2025
BIONARASI
Syahrul Ramadhan, seorang sarjana lulusan Sastra Indonesia yang memiliki minat dan dedikasi dalam bidang bahasa, sastra, dan pendidikan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan