Khamis, 30 Januari 2025

Gerimis Bersahabat Dengan Kenangan

 GERIMIS BERSAHABAT DENGAN KENANGAN


Gerimis turun sebagai bisikan sunyi

menyapa dedaun dengan bahasa hati

ia menari di ranting kenangan

menyulam waktu yang hilang perlahan


Kenangan teman setia meredup

berdiri di ambang senja senyap

setiap titisnya cerita  usang

berbisik tentang rindu yang melayang


Gerimis berbicara pada dahan  layu

"Adakah kau masih ingat saat itu?"

kenangan tersenyum matanya berkabut

mengusap bayang mulai surut


Langit menjadi kanvas pertemuan

awan melukis siluet kerinduan

gerimis menitip pesan pada angin

"Jaga kenangan ini, jangan hilang."


Dan ketika malam menyelimuti bumi

gerimis lenyap dalam dakapan sunyi

namun kenangan tetap berjaga di sisi

menghidupkan semula mimpi-mimpi mati.


KIMS DIWA 

Dataran Bengkoka, Pitas, Sabah 

29 Jan. 2025


BIONARASI


Kims Diwa meminati penulisan semua jenis puisi namun yang paling menonjol ialah penulisan sajak.  Kata-kata pada sebuah sajak mengandung banyak makna dan hal ini membuka ruang kepada pembaca menyampaikan tafsiran masing-masing. Dengan kata-kata, karakter seseorang boleh berubah bergantung cara penyampaian dan penerimaannya.

Risalah Rindu

 ~ Risalah Rindu ~

Oleh: Umi Hanin


Kukumpulkan serpihan malam

Tempat jejak langkahmu menjadi nyala rembulan yang terlambat

Aku dengar suaramu di balik sunyi

Mengalun pelan, seperti doa yang tak selesai diucapkan


Jika kau lukai malam dengan pertanyaan

Aku memintal jawab dalam riuhnya bintang-bintang

Sebab cinta tak butuh kelas

Tak pula memerlukan musim untuk menanam maknanya


Aku melihatmu dari sudut rahasia

Di mana taman itu penuh air mata yang menjelma embun

Jangan malu pada kelam yang tumpah

Sebab ia hanya peluk hangat surga yang tertunda


Bukit lanta telah menjadi saksi

Setiap bisikan yang terpendam

Setiap luka yang kau bungkus

Dengan helai keyakinan


Aku datang bukan untuk mendongak

Tapi menunduk pada keteguhan yang kau simpan

Meski kayuh biduk itu rapuh

Dan samudra memekik dalam amarah senyap


Di tangga kelima itu, aku akan berdiri

Tanpa prasangka, tanpa ragu

Menyeka setiap perih yang kau titipkan pada langit

Dan menjadikannya bait terakhir dari kisah yang kita titipkan pada waktu


Jangan takut menjadi penyair

Sebab puisi-puisimu adalah nyanyian jiwa yang abadi

Dan meski aku bukan Tuhan yang kau panggil

Aku akan tetap berdiri

Menjadi saksi bagi setiap langkah yang kau titipkan pada semesta


Tangerang, 28 Januari 2025




Bionarasi:

Umi Hanin, perempuan kelahiran 22 Juni di Tangerang dan menetap di kota yang sama. Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pernah belajar di KMO Batch 52, kelas puisi Asqa Imagination School (AIS) dan Ruang Kata (RK).

Semilir Angin Rindu

 SEMILIR ANGIN RINDU

Oleh Syahrul Ramadhan





Kulihat Kamis pagi tanpa mentari, redup dan muram seperti mimpi yang enggan terjaga.

Langit bergelayut mendung, tapi tak satu pun tetes hujan jatuh ke bumi.

Jam dinding di kamar berdetak pelan, memanggil siang yang tiba tanpa jejak fajar.

Waktu berlalu tanpa cahaya, seakan enggan menyinari rindu yang terpendam.


Kubuka jendela, membiarkan angin menyelinap di sela tirai,

Mengusap pipiku dengan dingin yang membawaku ke bayang senyummu.

Ah, senyum itu... bak sinar senja yang jatuh di permukaan danau,

Lembut, hangat, namun meninggalkan riak yang tak kunjung reda.


Oh, Juwitaku!

Baru kemarin lebah menari riang di atas kelopak bunga,

Tapi kini ia melayang-layang gelisah, mencari wangi yang telah menjelma mimpi.

Seperti aku, merindukanmu dalam diam, di bawah langit yang tak bernyanyi.



Tangerang, 30 Januari 2025


BIONARASI

Syahrul Ramadhan, seorang sarjana lulusan Sastra Indonesia yang memiliki minat dan dedikasi dalam bidang bahasa, sastra, dan pendidikan.

TITISAN SUNYI

Titisan Sunyi Karya: Bunga Melor Rintik-rintik hujan, iringi kamar hati sunyi tanpa teman bicara. Senyum kuukir kutatap hujan di jendela sep...

Carian popular