Rindu yang Digadaikan
Oleh, Agustina Rahman
Ia memilih diam di kamar sempit
Daripada pulang ke pelukan istri dan anaknya
“Untuk mimpi si bungsu,” bisiknya pada dinding bisu
Rindu menjerit di sela lembur yang tak kunjung habis
Dan waktu mengikisnya perlahan, tanpa belas kasih
Raganya luluh dalam debu dan logam,
Morowali menelannya seperti senja oleh malam
Hatinya menetap di tanah kelahiran
Di dapur kecil tempat istrinya menanak harap
Di meja renta anaknya merangkai bintang dari suku kata
Ia adalah lelaki yang bersanding dengan sunyi
Dengan seragam senja dan sepatu luka
Gajinya tak pernah singgah untuk dirinya
Semuanya terbang seperti burung ke tanah asal
Bersama rindu dan cinta yang tak menagih pulang
Dan pada pagi yang terlalu sunyi
Ia tak kembali dari lelap yang menjelma pelukan senja
Sunyi membaringkannya dalam tidur tak bernyawa
Upah terakhirnya dikirim bersama kabar duka
Morowali menunduk, menurunkan doa dalam isak lirih
Makassar, 8 Mei 2025
BIONARASI