Selasa, 4 Mac 2025

Lira dan Bunga Cahaya

 LIRA DAN BUNGA CAHAYA

Karya : Abby Vancel



Di sebuah negeri jauh, hiduplah seorang gadis peri bernama Lira. Ia tinggal di Hutan Bunga bersama sahabatnya, Kiko, si kelinci. Lira terkenal baik hati dan pemberani.

Suatu hari, Ratu Bidadari mengumpulkan semua peri. 

        "Bunga Cahaya di istana menghilang!" katanya. "Tanpa bunga itu, negeri kita akan gelap selamanya."

Lira ingin membantu. "Aku akan mencari bunga itu, Ratu," katanya yakin.

Ratu Bidadari tersenyum. "Hati-hati, Lira. Bunga itu mungkin dicuri Penyihir Bayangan."

Lira dan Kiko berangkat. Mereka berjalan melewati sungai berkilauan dan pohon tinggi. Saat mereka mencapai Hutan Gelap, udara menjadi dingin dan suram. Tiba-tiba, semak-semak berguncang.

Dari balik semak, muncullah sekelompok kelelawar hitam. Mereka menghalangi jalan Lira. 

        "Tak boleh lewat!" kata salah satu kelelawar dengan suara serak.

Lira mengangkat tongkat sihirnya. "Kami tidak ingin bertarung. Tolong biarkan kami lewat."

  "Tidak!" sahut kelelawar. "Penyihir Bayangan memerintahkan kami menjaga hutan ini."

Lira berpikir cepat. Ia melihat bunga-bunga kecil di sekitar. Dengan sihirnya, ia membuat bunga itu bercahaya lembut. Kelelawar terpesona. Mereka mendekat dan menjadi tenang.

         "Kami suka cahaya ini," kata mereka. "Baiklah, kalian boleh lewat."

Lira dan Kiko melanjutkan perjalanan. Setelah melewati hutan, mereka sampai di Kastil Kabut, tempat tinggal Penyihir Bayangan. Gerbang kastil tertutup rapat.

         "Bagaimana kita masuk?" tanya Kiko.

Lira melihat celah kecil di dinding. "Aku bisa menyusup ke dalam, tapi kamu tunggu di sini, Kiko."

Dengan hati-hati, Lira masuk ke kastil. Ia melihat Penyihir Bayangan sedang memegang Bunga Cahaya di tangannya.

      "Hahaha! Dengan bunga ini, aku akan menguasai seluruh negeri!" katanya.

Lira mengambil napas dalam. Ia harus bertindak cepat. Dengan tongkatnya, ia mengirimkan angin lembut ke arah bunga. Bunga itu terlepas dari tangan Penyihir.

Namun, sebelum Lira bisa menangkapnya, Penyihir Bayangan mengayunkan tongkatnya. Kabut gelap muncul dan menelan bunga itu.

           "Kau pikir bisa mencurinya dariku semudah itu?" ejek Penyihir.

Lira mencoba menyerang dengan cahaya, tetapi sihirnya tidak cukup kuat. Penyihir Bayangan tertawa dan meniupkan angin gelap yang membuat Lira terlempar ke dinding.

Kiko yang menunggu di luar mendengar suara keras. Ia mengintip ke dalam kastil dan melihat Lira terjatuh lemah. 

           "Lira! Kamu baik-baik saja?"

Lira mencoba berdiri, tetapi tenaganya habis. Kiko berpikir cepat. Ia ingat bahwa kelelawar tadi menyukai cahaya. Jika mereka bisa membantunya...

***

Kiko berlari ke hutan dan memanggil kelelawar. 

            "Kalian mau melihat cahaya yang lebih indah?" tanyanya.

Kelelawar tertarik. Mereka mengikuti Kiko ke kastil. Begitu masuk, mereka melihat Penyihir Bayangan dan mengepakkan sayap dengan cepat, menciptakan angin yang meniup kabut hitam.

Lira melihat kesempatan itu. Ia menutup mata, lalu memusatkan pikirannya pada kebaikan dan keberanian. Perlahan, tongkatnya mulai bersinar lebih terang dari sebelumnya. Cahaya itu memenuhi ruangan.

       "Tidak! Tidak!" teriak Penyihir Bayangan. Cahaya itu menghancurkan kabut hitamnya dan mengungkapkan tempat bunga itu disembunyikan.

Lira segera mengambil Bunga Cahaya. Penyihir Bayangan berusaha merebutnya kembali, tetapi kekuatannya melemah. Akhirnya, ia menghilang dalam kilatan cahaya.

Lira berlari keluar kastil dengan bunga di tangannya. Kiko melompat kegirangan. "Kamu berhasil, Lira!"

Mereka kembali ke istana. Ratu Bidadari menerima bunga itu dengan penuh syukur. "Kau telah menyelamatkan negeri kita, Lira!" katanya sambil mengelus kepala Kiko. "Dan kau juga, Kiko. Tanpamu, Lira tak akan berhasil."

Saat bunga diletakkan di tempatnya, cahaya terang menyebar ke seluruh negeri. Langit kembali cerah, dan semua peri bersorak gembira. Sejak hari itu, Lira dikenal sebagai Peri Cahaya. Dan Kiko? Ia menjadi pahlawan kecil yang selalu diingat. Mereka belajar bahwa keberanian dan persahabatan lebih kuat dari sihir jahat.


-- SELESAI --

Tiada ulasan:

TITISAN SUNYI

Titisan Sunyi Karya: Bunga Melor Rintik-rintik hujan, iringi kamar hati sunyi tanpa teman bicara. Senyum kuukir kutatap hujan di jendela sep...

Carian popular