DIAGNOSA DOKTER ITU MENYIKSAKU, TETAPI KUASA TUHAN MENGUBAH SEGALANYA
Karya: Irena Balawala
Mentari selalu pergi kala senja, dan akan kembali memberikan harapan baru di kala terbit. Terbitnya mentari memberikan harapan baru untuk meraih setiap impian,walaupun hari itu tidak selalu cerah. Seperti itulah hidup. Tidak selalu baik, selalu ada warna di setiap hari.
Senja kala itu sangat menggetarkan hati, ketika anak saya jatuh sakit dan harus mendapat perawatan yang serius. Sebagai orang tua saya memilih tempat terbaik untuk pengobatan anak saya.
Saya dan suami lalu memutuskan untuk membawa anak kami ke klinik tempat dokter spesialis anak melakukan praktek setiap hari. Ketika tiba di sana, kami tidak bisa langsung bertemu dokter, karena harus mengantri bersama pasien lainnya. Setelah menunggu dengan sabar, tibalah giliran kami untuk bertemu dokter. Setelah melakukan pemeriksaan kepada anak kami, dokter lalu menjelaskan tentang sakit yang diderita anak kami. Dokter menjelaskan bahwa anak kami menderita sakit jantung (jantung bocor), kami harus segera ke Rumah Sakit Umum Daerah untuk melakukan rontgen untuk pemeriksaan selanjutnya.
Mendengar apa yang disampaikan dokter, hati saya hancur sekali, serasa hidup ini tidak ada artinya. Bagaimana mungkin anak saya bisa menderita sakit seperti yang divonis dokter. Hati saya kalut, pemikiran saya mulai ke mana-mana. Waktu itu sekitar akhir tahun 2019 dan anak saya baru berumur 2 tahun lebih. Ya Tuhan bagaimana mungkin anak saya yang sekecil ini akan melewati hari-hari selanjutnya dengan sakit yang seperti ini?.
Di tengah kegelisahan hati, saya dan suami lalu membawa anak kami ke Rumah Sakit Umum Daerah untuk melalukan rontgen sesuai dengan apa yang disampaikan dokter. Setelah selesai, kami harus kembali bertemu dokter di klinik tempat prakteknya. Sepanjang perjalanan dari Rumah Sakit Umum Daerah ke klinik tempat praktek dokter spesialis anak, hati saya hancur, pikiran saya tidak tentu arah. Saya menangis sejadi-jadinya sambil memeluk anak saya. Di dalam hati saya berucap Tuhan saya mohon sembuhkan anak saya.
Saya mulai berpikir sampai dengan kondisi terburuk yang nanti akan dialami anak saya. Saya semakin kencang memeluk anak saya dan menangis sejadi-jadinya. Anak saya menatap saya dengan penuh kebingungan. Dia lalu bertanya, “Mama mengapa menangis?” sambil memeluknya saya menjawab, “mama tidak apa-apa ade.”
Melihat saya yang terus menangis sejadi-jadinya, suami saya lalu menghentikan kendaraan di jalan dan menguatkan saya. Saya yakin perasaan suami juga seperti saya, tetapi beliau berusaha untuk menenangkan dan menguatkan saya. Beliau katakan kepada saya, “Ah.. kamu kuat berdoa, setiap hari berdoa, kenapa menangis? Kemarin-kemarin yang lebih berat saja bisa dilewati semua, kenapa sekarang dokter baru sampaikan seperti itu langsung menangis? kita masih harus melalakukan pemeriksaan lengkap untuk dapat membuktikan diagnosa dokter tersebut. Berhenti menangis biar kita bisa melanjutkan perjalanan.”
Mendengar apa yang disampaikan suami, saya lalu menghapus air mata dan mulai menangkan hati dan perlahan-lahan berhenti menangis. Saya teringat akan betapa beratnya proses kehamilan saya pada waktu itu. ketika hamil anak saya, saya mengalami pendarahan sebanyak 2 kali pada usia kandungan 3 dan 5 bulan. Pada usia yang ke 5 bulan, saya mengalami pendarahan yang hebat. Pada waktu itu saya berpikir bahwa saya dan anak saya tidak mungkin selamat. Tetapi karena kehendak Tuhan kami masih bisa menikmati hidup sampai dengan saat ini. Hal itu yang kembali menguatkan saya dan akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke klinik tempat dokter spesialis anak melakukan praktek.
Kami pun kembali bertemu dokter dan dokter menjelaskan bahwa kami harus melakukan pemeriksaan lengkap di Kupang, ibu kota Provinsi NTT karena kami tinggal di kabupaten Lembata NTT. Di Rumah Sakit Daerah tempat tinggal kami, belum ada dokter spesialis jantung. Fasilitas juga masih sangat terbatas. Kami lalu mencari waktu terbaik guna mengantar anak kami untuk melakukan pemeriksaan lengkap seperti apa yang disampaikan oleh dokter.
Mengisi hari-hari sambil menunggu waktu terbaik untuk pemeriksaan selanjutnya, masih ada seribu tanya di dalam hati saya karena gelaja-gejala sakit yang didiagnosa dokter terhadap anak saya tidak terlihat sama sekali. Kondisi anak saya layaknya seperti anak-anak yang lain. Sakitnya juga demam, panas, seperti yang dialami oleh anak-anak yang lain. Anak saya juga sangat aktif.
Saya tidak pernah mau mencari tahu melalui internet soal sakit yang diderita anak saya seperti yang didiagnosa dokter, tetapi ternyata suami saya diam-diam mencari informasi tentang sakit yang didiagnosa dokter terhadap anak saya di internet. Beliau lalu menjelaskan soal sakit yang didiagnosa dokter terhadap anak saya sesuai informasi yang beliau baca. Hal itu semakin menguatkan saya. Saya selalu berserah diri kepada Tuhan melalui doa-doa saya setiap hari.
Ketika kami belum menemukan waktu yang tepat, pada awal tahun 2020 virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Itu menguburkan niat kami sementara waktu untuk mengantar anak kami menjalani pemeriksaan lengkap di Kupang.
Hari demi hari terus berlalu. Anak saya menjalani hari-harinya seperti layaknya anak-anak yang lain. Lima tahun berlalu sejak diagnosa dokter, tepatnya di akhir tahun 2024, anak saya jatuh sakit dan harus mendapat perawatan serius, yang akhirnya ia diopname di salah satu rumah sakit swasta di daerah kami. Dokter kembali mengingatkan kami akan diagnosanya 5 tahun yang lalu. Saya mulai tersentak, rasa khawatir mulai menghantui saya. Saya hanya bisa berserah kepada Tuhan di dalam setiap doa saya untuk kesembuhan anak saya.
Dokter menyampaikan kepada saya dan suami bahwa anak kami harus segera dirujuk ke Kupang untuk pemeriksaan lengkap, sehingga sakit anak kami dapat ditangani dengan serius. Kami lalu mencari waktu yang tepat untuk mengantar anak kami. Berhubung saya dan suami adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga kami harus mendapat izin terlebih dahulu. Kami mulai mengurus semua berkas untuk rujukan anak kami ke Kupang dan juga urusan perizinan kami.
Hari itu tepatnya hari minggu sekitar pukul 11.00 WITA. Saya mengajak suami untuk pergi ke pasar membeli sayur-sayuran dan buah-buahan keperluan kami, karena pada hari minggu kami dapat membeli sayur, buah dan keperluan lainnya dengan harga yang sangat murah. Dan seperti biasa, anak saya juga minta ikut bersama kami.
Ketika sampai di pasar dan membeli semua keperluan kami, tiba-tiba anak saya memanggil saya dan berkata, “Mama kita pulang sudah, saya tidak enak badan.” Saya langsung memanggil suami saya. Kami pun langsung pulang.
Di dalam perjalanan pulang, badan anak saya lemas. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Saya mulai panik, tetapi saya tetap berdoa di dalam hati. Saya mendaraskan doa Rosario pembebasan sesuai kepercayaan saya. Saya memohon kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan kepada anak saya.
Di tengah perjalanan menuju rumah, saya merasa tubuh anak saya semakin lemah. Saya lalu meminta suami saya untuk langsung ke rumah sakit. Kami sempat berhenti sebentar di jalan karena anak saya muntah. Ya Tuhan saya merasa sudah tidak sanggup melihat kondisi anak saya yang seperti itu. Saya panik luar biasa, badan saya ikut lemas, tetapi di dalam hati saya, saya harus tetap kuat, saya tetap mendaraskan doa di dalam hati. Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, dokter langsung menangani anak saya. Dokter lalu bertanya kepada saya, “Ibu, ade kenapa? Ibu, ade sakit apa?”
Saya tidak sanggup menjawab pertanyaan dokter. Dokter bertanya sekali lagi. Saya pun menguatkan hati dan menjelaskan tentang diagnosa dokter terhadap anak saya. Dokter lalu mendekat dan berkata, “Ibu jangan panik ya, kasihan anaknya, ibu harus kuat supaya ade juga bisa kuat,”
Ya Tuhan, saya mulai berpikir, selesai kah anak saya?
Di dalam hati, saya berteriak. Tuhan saya tidak mau, Tuhan tolong sembuhkan anak saya, Tuhan berikan kekuatan untuk anak saya. Entah berapa peristiwa Rosario pembenasan yang sudah saya daraskan.
Ketika dokter selesai memeriksa anak saya, dokter menyampaikan kepada kami bahwa kondisi anak kami seperti ini bukan karena sakit yang didiagnosa dokter sebelumnya. Dokter lalu menyampaikan kepada saya dan suami bahwa anak kami baik-baik saja. Hasil pemeriksaan semua normal, dan tidak ada gejala-gejala sakit seperti yang didiagnosa dokter sebelumnya.
Dokter lalu mendekat dan berkata kepada saya, “Ibu, ade tidak apa-apa, mungkin karena cuaca panas jadi ade seperti ini. Ade baik-baik saja, semuanya normal. Ibu boleh bawa ade pulang dan beristirahat di rumah saja.”
Saya sangat kaget dengan apa yang disampaikan dokter. Saya lalu berkata, “Dokter, kondisi anak saya seperti ini, kenapa dokter menyuruh saya membawanya pulang?”
“Ade tidak apa-apa, jadi ade tidak perlu di rawat,” jawab dokter.
Saya lalu memeluk anak saya dan membawanya pulang. Setibanya di rumah, anak saya langsung tidur. Saat bangun, dia sudah segar kembali. Ya Tuhan terima kasih, kataku di dalam hati.
Awal Februari 2025, kami memutuskan mengantar anak kami untuk pemeriksaan lengkap di Kupang. Setelah tiba di Kupang, keesokan harinya kami harus mengantar anak kami untuk menjalani berbagai pemeriksaan. Malam itu saya tidak bisa tidur. Ketika anak saya tertidur lelap, saya menatapnya. Di dalam hati, saya berkata, Ya Tuhan semoga semuanya baik-baik saja. Saya memeluknya dan menciumnya berkali-kali.
Hari yang dinanti pun tiba. Pagi-pagi kami sudah meninggalkan rumah tempat kami menginap menuju ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, kami harus mengantri bersama pasien yang lain. Hingga tibalah giliran kami. Pemeriksaan pertama yang anak kami jalani ialah rekam jantung. Ketika selesai pemeriksaan, kami bertemu dokter jantung anak. Dokter menanyakan gejala sakit anak kami sesuai dengan hasil diagnosa dokter sebelumnya. Kami lalu menjelaskan kepada dokter dan dokter menjelaskan kepada kami bahwa hasil pemeriksaan anak kami semuanya baik. Dokter lalu memberikan jadwal untuk pemeriksaan berikutnya yaitu Echo (USG Jantung).Mendengar apa yang disampaikan dokter, saya mulai sedikt lega.
Ketika tiba waktunya untuk pemeriksaan selanjutnya, rasanya saya tidak sanggup berada di dalam ruang USG. Sejujurnya saya tidak kuat, tetapi saya berusaha untuk menguatkan hati mengantar anak saya ke dalam ruangan itu, meski saya hanya bisa berdiri menunggu dari kejauhan.
Dokter mulai melakukan pemeriksaan. Anak saya kelihatan takut sehingga hasil pemeriksaan tidak maksimal. Dokter lalu memanggil saya untuk mendekat kepada anak saya untuk menguatkan anak saya agar dia tidak takut menjalani pemeriksaan itu. Saya lalu mendekat dan memegang tangan anak saya sambil menguatkan anak saya. Akhirnya pemeriksaan pun berjalan lancar.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter lalu menjelaskan kepada kami bahwa hasil pemeriksaan anak kami semua baik. Jantung anak kami sehat, tidak ada masalah sedikitpun. Mendengar apa yang disampaikan dokter, saya senang sekali. Terima kasih Tuhan, terima kasih Tuhan, ternyata anak saya baik-baik saja. Tetapi dokter menyarankan kepada kami untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya Ct Scan untuk lebih jelas dan melihat keadaan pembuluh darah yang lain. Kami pun mengikuti anjuran dokter.
Waktu pemeriksaan pun tiba. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu anak kami dinyatakan sehat. Saya dan suami sangat senang dan bersyukur mendengar apa yang dikatakan dokter. Ternyata anak kami sehat. Terpujilah nama Tuhan, terima kasih Tuhan telah mendengarkan doa-doa kami.
*****
BIONARASI
Nama Lengkap saya Irena Balawala. Saya adalah seorang guru SD yang sudah menikah dan dikaruniai oleh Tuhan 2 orang anak. Yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Kisah yang saya ceritakan di atas adalah kisah dari anak saya yang ke-2.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan