PELAJARAN UNTUK JOVI
Abby Vancel
Alkisah, di sebuah rumah kecil, tinggal tiga kucing bersaudara: Jovi, Joy, dan Jesi. Mereka hidup bahagia bersama pemilik mereka yang baik hati, Mbah Surti.
Namun, Jovi si sulung merasa kurang puas. Ia sering melihat ke arah rumah besar di seberang jalan. Di situ, tinggal Si Belang dan saudara-saudaranya. Rumah itu punya taman luas dan air mancur. Pemiliknya sering mengajak kucing-kucing itu jalan-jalan naik mobil.
“Joy, kenapa kita tidak tinggal di rumah besar seperti mereka?” tanya Jovi.
“Karena di sinilah rumah kita. Di sini kita lahir dan dirawat Mbah Surti,” jawab Joy.
“Tapi mereka punya kalung cantik dan makan makanan enak setiap hari. Mereka juga sering jalan-jalan pakai mobil,” kata Jovi dengan mata berbinar.
Jesi Si bungsu yang sedang bermain bola benang ikut berbicara, “Kita punya cukup makanan dan tempat tidur nyaman. Itu sudah cukup, Kak.”
Namun, Jovi tetap ingin hidup di rumah mewah itu. Tanpa memberitahu saudaranya, ia merencanakan untuk menyelinap ke rumah itu.
Malam itu, saat bulan bersinar terang, Jovi melompati pagar rumah besar. Di sana, ia bertemu Si Belang yang sedang bersantai di sofa.
“Hei, kenapa kamu ada di sini?” tanya Si Belang kaget.
“Aku ingin tinggal di sini. Rumah kalian besar dan penuh hal menyenangkan. Aku ingin hidup seperti kalian,” jawab Jovi sambil merebahkan diri di sofa.
Si Belang mengangguk meski ragu. Sejak malam itu, Jovi mulai tinggal di rumah besar. Ia menikmati makanan lezat, sofa empuk, dan halaman yang luas.
*****
Suatu hari, pemilik rumah itu membawa Si Belang dan saudara-saudaranya pergi tamasya. Jovi ditinggal untuk menjaga rumah. Walaupun merasa kecewa, Jovi senang bisa menjelajahi setiap sudut rumah. Ia bermain di kolam renang, melihat air mancur, dan mencoba mini teater.
Setelah puas bermain, Jovi merasakan perutnya mulai keroncongan. Ia pergi ke dapur dan menemukan ikan di meja dapur. Jovi memakannya dengan lahap.
Beberapa saat kemudian, perutnya terasa sakit. Ia muntah-muntah. Jovi tidak tahu kalau ikan itu diberi racun untuk mencegah tikus.
Jovi lalu sadar di rumah itu tak ada siapapun yang bisa menolongnya. Saat itulah, ia teringat kedua adiknya.
Dengan sisa tenaga, Jovi pulang ke rumah kecil mereka. Joy dan Jesi terkejut melihat kakaknya pulang dengan kondisi lemah.
“Kak Jovi dari mana saja, pulang-pulang kok sakit?” tanya Jesi dengan wajah panik.
“Cepat ambil susu, Jes!” kata Joy sambil memapah Jovi ke tempat tidur.
Setelah meminum susu sapi steril, Jovi mulai merasa lebih baik.
“Maafkan aku. Aku meninggalkan kalian demi mencari kesenangan,” kata Jovi menyesal.
“Tidak apa-apa, Kak. Yang penting, Kakak sudah pulang,” jawab Joy sambil tersenyum.
“Dan kita hidup bersama lagi di sini bersama Mbah Surti,” timpal Jesi.
Jovi memeluk kedua adiknya. “Kalian memang adik-adikku yang baik.”
Sejak saat itu, Jovi sadar bahwa kebahagiaan bukan tentang rumah besar atau barang mewah. Yang lebih penting adalah keluarga yang saling menyayangi. Ia berjanji tidak akan meninggalkan rumah kecil mereka lagi.
SELESAI
BIONARASI
Abby Vancel adalah penulis yang karya-karyanya sering kali mengangkat beragam tema. Sejak kecil, Abby telah terpesona oleh dunia sastra, dan mulai menulis cerita pendek dan puisi di masa remaja. Ia ingin menyampaikan kisah-kisah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pemikiran pembacanya tentang kehidupan sehari-hari yang penuh makna.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan