Monolog Batin Di Balik Tirai Hujan
Karya: Nelly Amalia
Malam ini hujan turun lagi…
bukan sekadar air dari langit,
tapi seperti sisa-sisa luka yang belum selesai ditangisi.
Kudengar suara gerimis di luar,
seolah waktu mengetuk-ngetuk jendela dadaku
menggugah luka lama yang kubiarkan tertidur
tanpa pernah benar-benar sembuh.
Aku duduk sendiri,
memeluk bayanganmu yang samar.
Aroma tanah basah membawaku kembali
ke sore itu…
kau pulang dari hujan
dengan senyum yang kupikir tak akan pernah pergi.
Tapi ternyata,
yang abadi bukan cinta,
melainkan kepergianmu
yang diam-diam tumbuh akar
di dasar jiwaku.
Kau meninggalkanku tanpa gaduh,
hanya dengan senyap,
yang sampai sekarang
masih bergema di lorong-lorong sunyi hatiku.
Aku mencoba mengusir namamu
dengan doa,
dengan waktu,
dengan kesibukan yang memaksa aku lupa.
Tapi tubuhku lebih pintar dari pikiranku.
Ia mengingat sentuhanmu,
detak napasmu,
bahkan cara kau menatap langit
sebelum memilih pergi.
Dan kini, hujan…
lagi-lagi hujan…
menjadi ritual penguburan rindu
yang tak sempat kulahirkan dengan utuh.
Hatiku bukan lagi tempat yang hangat.
Ia dingin
dalam dan hampa.
Seperti ruang yang pernah kau singgahi
tapi tak kau kunci
hingga angin masuk dan merobohkan segalanya.
Ada yang terasa sesak di ulu hati,
bukan karena hujan,
bukan karena udara yang dingin,
tapi karena rindu
yang tak tahu harus pulang ke mana.
Jika kau dengar suara hujan malam ini,
barangkali itu aku,
yang masih memanggilmu
dari balik tirai waktu
dengan dada basah
dan hati yang tak pernah kering.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan