Jumaat, 27 Jun 2025

MONOLOG BATIN DIBALIK TIRAI HUJAN

 Monolog Batin Di Balik Tirai Hujan

Karya: Nelly Amalia

Malam ini hujan turun lagi…

bukan sekadar air dari langit,

tapi seperti sisa-sisa luka yang belum selesai ditangisi.

Kudengar suara gerimis di luar,

seolah waktu mengetuk-ngetuk jendela dadaku

menggugah luka lama yang kubiarkan tertidur

tanpa pernah benar-benar sembuh.


Aku duduk sendiri,

memeluk bayanganmu yang samar.

Aroma tanah basah membawaku kembali

ke sore itu…

kau pulang dari hujan

dengan senyum yang kupikir tak akan pernah pergi.


Tapi ternyata,

yang abadi bukan cinta,

melainkan kepergianmu

yang diam-diam tumbuh akar

di dasar jiwaku.


Kau meninggalkanku tanpa gaduh,

hanya dengan senyap,

yang sampai sekarang

masih bergema di lorong-lorong sunyi hatiku.

Aku mencoba mengusir namamu

dengan doa,

dengan waktu,

dengan kesibukan yang memaksa aku lupa.


Tapi tubuhku lebih pintar dari pikiranku.

Ia mengingat sentuhanmu,

detak napasmu,

bahkan cara kau menatap langit

sebelum memilih pergi.


Dan kini, hujan…

lagi-lagi hujan…

menjadi ritual penguburan rindu

yang tak sempat kulahirkan dengan utuh.

Hatiku bukan lagi tempat yang hangat.


Ia dingin

dalam dan hampa.

Seperti ruang yang pernah kau singgahi

tapi tak kau kunci

hingga angin masuk dan merobohkan segalanya.


Ada yang terasa sesak di ulu hati,

bukan karena hujan,

bukan karena udara yang dingin,

tapi karena rindu

yang tak tahu harus pulang ke mana.


Jika kau dengar suara hujan malam ini,

barangkali itu aku,

yang masih memanggilmu

dari balik tirai waktu

dengan dada basah

dan hati yang tak pernah kering.


Tiada ulasan:

RINTIK-RINTIK YANG MEMBISIKKAN NAMAMU

 Rintik-Rintik yang Membisikkan Namamu Agustina Rahman u. Hujan turun perlahan, seolah langit sedang ragu untuk menangis. Dari balik jendela...

Carian popular